Selamat datang di
Jakarta
Jakarta, tidak pernah
terbayangkan saya akan terdampar di kota yang konon katanya kota Megapolitan
ini. Setelah pesan dari sahabat saya, Ana Fauziyah yang tidak menyarankan saya
bergabung dalam koloni stres di kota Jakarta, saya tidak pernah berfikir untuk
menginjakkan kaki di kota ini.
Namun takdir tak bisa
dicegah, jika Allah yang sudah menentukan, manusia apalah daya, dan saat ini
saya terdampar di sini, di Jakarta, kota dengan barjuta permasalahan dan saya
bergabung menjadi salah-satu dari nilai berjuta itu.
Ada beberapa hal yang
membuat saya menerima tawaran untuk berpindah tugas dari Surabaya ke Jakarta,
motiv ekonomi tentunya, juga ingin lebih dekat dengan seseorang yang berada di
salah satu kota di Jawa Barat, Taasikmalata, Kota harapan, kota yang
meninggalkan cinta, so melancholy. Tapi itulah
kenyataannya. Namun begitu saya tetap berat meninggalkan semua yang saya punya
di Surabaya, termasuk meniggalkan kos tercinta, kos di daerah Karang Menjangan
Suarabaya. Bukan karena fasilitas mewah yang ada di sana, tapi karena Bapak kos
saya yang baik, terbaik malah, lebih dari siapapun yang pernah saya kenal.
Saya berangkat
dengan setengah hati. Setengah hati saya ada di Surabaya, kota yang sudah
mengasuh saya lebih dari 3 tahun belakangan ini, kota perjuangan saya mulai
dari NOL BESAR, benar-benar NOL BESAR, lalu sekarang saya harus merangkak lagi,
ke dalam suasana yang belum bisa saya tebak selain suasana macet tentunya. Saya
takut tidak bisa beradaptasi kerena sifat introvert saya yang parah
Sampai di
tempat tugas baru, prediksi saya tepat. Saya merasa berada di sebuah komunitas
yang bukan untuk saya. Komunitas yang dengan biasa menertawakan apapun
bagian-bagian tubuh wanita dengan senangnya, komunitas tertawa terbahak-bahak,
komunitas pembunuh kelas wahid –PEROKOK-. Saya benar-benar tidak yakin apa saya
akan bisa bertahan selama lebih dari enam bulan sesuai dengan kontrak kerja
saya dengan Bos Besar, Wallahu ‘alam.
Gambar suram
tentang Jakarta dalam pikiran saya benar terbukti. Mungkin terlalu cepat saya
mengambil kesimpulan, tapi paling tidak, komunitas kecil di sekeliling saya
membuat saya mengambil gambaran tentang Jakarta keseluruhan. Jakarta yang penuh
dengan permasalahan.
Kerinduan
saya tentang dunia yang lebih membuat saya bisa belajar membuat saya berani
keluar sendiri dari kurungan lingkungan yang menurut saya tidak sehat ini. saya
putuskan untuk menemui orang-orang pintar Jakarta, Ustadz Ahmad Millah salah
satunya, kakak Pembina Pramuka saya di MTs dulu. Beliau tetap bersahaja seperti
waktu dulu. Miss you so much Kakak :P.
Lalu
berlanjut ke Akademi Berbagi, kumpulan orang-orang pintar yang ikhlas berbagi
untuk orang lain. Berbagi itu Happy,
itu slogan mereka. Woowwww. Bisa beajar bersama orang-orang hebat, membuat saya
merasa akan menjadi hebat.
Lalu entah
kenapa aku mulai menyukai kota gemerlap ini. ada beberapa hal yang membuat saya
tertarik untuk mengulangi untuk melihat lagi. Tidak semua bayangan jelek
tentang Jakarta. Ada beberapa hal yang membuat mata saya berbinar, otak saya
berfikir lalu hati saya bersyukur.
Apa saja
itu? Orang-orang yang berjalan dengan cepat sepanjang jembatan penyebrangan
halte Busway menarik perhatian saya, orang-orang pintar yang tidak ingin
menyiakan kepintarannya hanya untuk duduk manis di trotoar dengan segelas bir
atau rokok dan kopi. Lalu kelap-kelip lampu kota yang seperti bintang berbagai
warna, jika dilihat dari sisi belakang Busway, kelap-kelip itu seperti mengejar
kita yang juga sedang berlari kencang mengikuti irama Bus, indah sekali. Juga dengan
keangkuhan Busway yang anggun, membuat saya mengambil pelajaran “Busway adalah Raja di jalurnya, jangan
ganggu jalurnya atau anda akan dalam bahaya”. Seperti berkaca tentang diri
saya.
Lalu mencul
bebrapa ide di benak saya, saya akan terus melakukan perjalanan-perjalanan
kecil keliling Jakarta, saya tidak mau menyiakan 6 bulan keberadaan saya disini
hanya dengan meratapi diri. Berderat daftar tempat yang harus saya kunjung, Kota
Tua, Senayan, Menteng, dan lain yang menarik yang harus di kunjungi, :D
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE8G4NXDaP_KUjAkg2Dr10UKt2pk0bMY8h9Tx_WhQa2YcZdKkYcJz8yfXwijtjUW5eYe649sIl1VMcMGNC9Ao8mXN_0mVY-9TyOP8yVi-CVGzOs_FiYmGORPcYVQbTGwRP9NhGbCwZuA/s200/logo-enjoy-jakarta.jpg)
Semoga masih
banyak lagi hal baik yang bisa saya temukan di Jakarta, hingga saya bisa
bertahan lebih lama dari kemampuan saya. Hingga saya akan bisa beradaptasi
dengan komunitas tidak sehat saya tanpa harus mengorbankan prinsip dan
keyakinan saya. Lalu saya akan bisa berteriak Enjoy Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar