Minggu, 03 Juni 2012

Bermimpi Lagi

03 Mei 2012
Selamat malam maya,

Malam yang tenang di sebuah sudut Jakarta yang berbeda. Ditemani gemericik air kran kamar mandi yang bocor, suara jangkrik di pojokan rumah yang masih penuh dengan pepohonan, juga suara anjing tetangga yang ribut bercanda dengan tuannya. Benar-benar  membuat saya merasa berada di sebuah desa yang tenang dengan suara khas kebisingan alam yang mengasyikan itu. Saya merasa berda di sebuah rumah dengan latar hutan lindung yang asri juga aliran sungai kecil yang bersih, yang memungkinkan saya menikmati alirannya dengan mencamplungkan diri di sana.

Damai sekali. Kedamaian yang ingin saya rasakan di sisa usia saya bersama seseorang yang menemani saya mengukir cerita surga. Bersama seseorang yang saya panggil dengan sebutan Abahnya anak-anak. Manisnya.

Menikmati masa tua kami dengan memelihara unggas di pekarangan belakang rumah kami yang luas, membari makan ikan-ikan koi yang kami pelihara dan kami jual pada pengepul ikan hias, juga memanen jamu-jamur tiram setiap hari dari lumbung yang kami siapkan berjejer dengan rumah bamboo kamu yang tinggi.

Lalu menyaksikan anak-anak kami tumbuh dewasa dengan riangnya. Membiarkan mereka bermain dengan lumpu-lumpur sawah di dekat rumah, menertawakan tingkah mereka yang berlari mengejar layang-layang teman sepermainan mereka, lalu merayu mereka yang merajuk di tengah hingar pasar malam yang di adakan di kampung kami karena sebuah keinginan yang tak bisa kami penuhi.

Kehidupan macam apa itu? Apa kehidupan seperti itu benar-benar ada di sisi manapun di dunia ini? Kehidupan yang hanya berisi dengan kebahagiaan dan cinta kasih, kehidupan yang memberikan senyum untuk siapapun yang melihatnya. Sungguh hanya sebuah cerita fiksi.

Malam ini, entah kenapa aku merasa kesepian ini membuat aku terseret pada permohonan tak kunjung datang. Suasana sepi yang harusna bisa saya nikmati dengan tidur nyenyak atau sekedar merebahkan punggung saya yang nyeri karena terjatuh dua hari yang lalu itu dengan lebih nikmat, nyatanya terganggu dengan pikiran saya yang melayang tak tentu arah, lalu menyeret pada sebuh sosok maya yang selama ini hanya sebagai Tokoh dalam Novel saya.  Hati kecil saya berbisik dapatkah kamu merasakan kerinduan ini sayang? Saya sungguh tersiksa dengan kisah cinta yang tak pernah saya tahu ujung dari semuanya.

Kata orang saya sedang bermimpi. Semua mengatakan saya tak bisa menerima wujudnya yang maya. Tapi apa saya bisa hidup tanpa mimpi? Setidaknya dengan dia saya bisa bermimpi dengan indah, bermimpi memiliki canta yang luar biasa di bawah rumah bamboo kami yang tenang, seperti malam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar